Tuesday 1 June 2010

SEKILAS KISAH TENTANG SEORANG GADIS YANG MANDIRI

Dulu aku sangat bahagia, karena aku terahir sebagai anak perempuan satunya-satunya dari tiga bersaudara, kakak dan adik ku. Aku anak kedua dari yang keduanya. Dulu aku sangat pintar dan aku juga anak yang sangat aktif sekali. Karena keadaan hingga menjadikan aku seorang anak yang berprestasi. Sejak aku menduduki sekolah dasar hingga aku menduduki sekolah smp (sekolah menengah pertama) aku sangat rajin dan bersemangat, hingga pada puncakknya akupun lulus smp dengan lancar seperti udara yang aku hirup saat ini. Disaat aku masih kelas tiga smp, aku mendapat cobaan yang belum bisa aku paut dengan akal pikiran sehatku. Orang tuaku bercerai. Hingga akhirnya aku jatuh sakit.

Setelah aku lulus smp aku melanjutkan sekolah sma ke negeri sebrang, dan tinggal bersama orang-orang yang belum aku kenal sebelumnya. Aku ngekos, masa sma aku tidak semanis masa smp aku dulu, hingga akhirnya aku jatuh, aku tidak berprestasi lagi yang aku rasa hanya prustasi, karena keadaan menjadikan nilaiku merosot drastis. Aku jadi pemalas, aku jadi tidak semangat lagi seperti dulu, cobaan demi cobaan aku hadapi dan aku selalu berlindung kepada tuhan YME yang menjadikan aku selamat dari pergaulan bebas yang tak terkendali. Ibuku tinggal bersama kakaknya ditangerang, setiap aku libur sekolah,aku selalu menyempatkan diri untuk berlibur ditangerang, hingga aku jarang sekali bertemu dengan ayah aku. Perasaan sakit dan mengejutkan, membuat aku pilu, karena ibuku hanya dijadikan budak ditempat kakaknya itu, seperti pembantu yang tidak dibayar yang padahal ibuku sudah menguras tenaganya secara habis-habisan untuk mengurus rumah itu. Sungguh malang nasib ibuku, dan setiap aku main ketempat itu, aku tidak mampir secara gratis, aku harus bayar makan dan penginapan,oh matre sekali keluarga ibuku itu, pikirku. Yah keluarga yang sangat haus uang, dan bahkan tidak ada kata saudara kalau tentang masalah uang. Dan akhirnya ibuku pun terbawa dengan lingkungannya, ibuku sama seperti mereka yang suka ikut-ikutan meminta uang. Ibuku sering meminta uang padaku, padahal aku masih sekolah dan belum bekerja saat itu. Tanpa sengaja dan tanpa disadari, ibuku memberi kasih sayangnya secara tidak gratis. Seakan kasih sayang itu harus dibeli, yah aku harus menyerahkan uang setiap aku ingin bertemu dengan ibuku. Akupun jadi sering maksa minta uang kepada ayah yang uangnya untuk ibuku sendiri. Dan akhirnya ayahku menikah lagi dengan perempuan lain untuk mengisi kesepiannya.

Pada kelas dua sma nasib sial menimpahku, aku kecelakaan karena jatuh dari motor dan harus mengganti rugi motor yang aku pakai, karena itu motor paman aku. Ibuku mengambil alih dan mencari kesempatan atas penderitaanku. Ibuku meminta ganti rugi uang sebesar Rp.500.000 yang padahal paman ku Cuma meminta ganti rugi Rp.50.000 saat itu, oh tuhan..kasihan ayahku, diperas secara halus. Sisa uangnya dibelilkan alat elektronik dan berpesta dengan kakaknya, sedangkan aku menderita sendiri dan tidak ada yang peduli padaku kecuali ayahku. Aku tersadar bahwa selama ini aku hanya dimanfaatkan ibuku untuk mendapatkan uang ayahku. Setelah kejadian itu aku jadi jarang main ketangrang lagi, kalaupun main aku hanya mampir sebentar dan hanya melihat ibu dengan sebentar. Semakin hari aku semakin sendiri dan semakin kesepian. Hanya Allah tuhanku yang selalu ada disetiap dimana aku berada. Dan tak terasa kini aku sudah menduduki akhir sekolah, kelas tiga sma, akupun lulus dengan lancar. Di hari kelulusanku, semua para orang tua murid pada hadir untuk merayakan kelulusan anaknya masing-masing. Dan sekali lagi nasib sedih selalu menyelimutiku, aku sendirian, tidak didampingi siapapun, kecuali bayang-bayang orang yang aku cintai diharapkan hadir. Aku hanya menontoni tawa-tawa para teman-temanku dengan orang tuanya dan juga foto-foto. Tetapi aku tidak begitu sedih karena banyak teman-temanku yang menghiburku.

Setelah lulus sekolah aku melanjutkan menuntut ilmu sampai kesebuah universitas, dan aku kuliah disebuah universitas yang berada didepok. Perjalanan dari kampungku hingga depok cukup banyak menyita waktu, dan akupun langsung mencari kos-kosan agar mempermudah aku untuk mencapai keuniversitas tersebut. Aku kedepok sendiri, yah selalu sendiri, aku hanya bermodal nekat untuk sampai kedepok. Ayahku hanya memberi uang dan dia tidak tahu dimana keberadaan aku, aku hanya bilang kuliah. Tetapi sepertinya ayah tidak mau tahu bayak tentang aku dan urusan aku. Dan lagi-lagi aku selalu sendiri dan sendiri. Satu tahun setengah setelah aku kuliah didepok, ayah baru ingin melihat keadaanku dan hanya mampir kekosanku tidak lebih dari 10 menit. Aku selalu positif thinking dengan keras, bahwa ayahku mungkin memang sedang banyak urusan.

Disaat aku semester 2 ayah berhenti memberiku uang dengan alasan gaji ayah sedang dirapel, karena keadaan tersebut memaksa aku harus bekerja dan mencari uang untuk biaya hidupku sendiri. Tapi itu berlangsung hanya tiga bulan, setelahnya ayah mulai membiayaiku lagi. Disaat aku menginjak semester empat lagi-lagi nasib sial menimpahku lagi. Aku kecelakaan motor lagi bersama temanku ketika hendak mau pergi bekerja dibogor. Temanku tidak terlalu parah, hanya luka ringan saja, mungkin karena aku yang dibonceng jadi aku yang mengalami luka parah, kepala aku bocor hingga harus dijahit hingga delapan jahitan, akupun pinsan tak lebih dari dua jam. Ayah menjemput aku kebogor, nasib tak beruntung memihakku lagi, hingga aku harus dirawat jalan ditempat ibu dan saudaranya ditangrang dikarenakan bukan aku tidak mau ikut dengan ayahku, tetapi aku tahu jika ikut dengan ayahku aku pasti tinggal dengan ibu tiri dan aku tahu ayah tidak ada 24 jam dirumah, aku pasti disia-siakan oleh ibu tiri aku, karena keadaan yang terpaksa akhirnya aku dirawat ditangrang. Lagi-lagi ibu memeras ayah meminta uang dengan alasan untuk berobat aku yang padahal aku tidak dirawat disitu. Orang-orang disitu pada acuh padaku tak satupun yang kasihan dengan kondisiku, sedang waktu ujian tengah semester dua minggu lagi, baru 10 hari aku disitu akhirya akupun memutuskan kembali kedepok karena harus ujian tengah semester, alasan lain aku kembali kedepok karena disitu tidak ada yang merawat aku juga.

Aku kembali kedepok sendiri masih dengan keadaan lemah karena aku masih sakit dan masih dalam proses penyembuhan. Selama beberapa hari setelah kecelakaan aku sering muntah mungkin karena efek kepalaku yang bocor dan sampai sekarang kepalaku suka sering sakit bila sedang kumat dan terkadang muntah-muntah, aku jadi lebih sensitive dengan segala macam bau, dan aku mejadi lemah tidak bisa beraktifitas secara maksimal.



NB:
• aku tetap sayang ibu walau apapun yang dilakukan dengan ibuku, karena aku tahu ibu melakukan itu semua karena tidak sengaja dan hanya khilaf saja.
• Aku tetap sayang dengan ayahku walaupun ayah sangat cuek padaku, tetapi aku tahu jauh didalam hatinya dia pasti sayang dengan aku juga..




 Hadapi hidupmu dengan senyum dan senyum
 Dan susun dengan DUIT ( Doa, Usaha, Ikhtiar dan Tawakal )

No comments:

Post a Comment